PERAYAAN IMLEK MUSLIM TIONGHOA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN MUSLIM TIONGHOA DI SURAKARTA
Dalam konteks budaya, Islam bukanlah agama yang hanya mencakup sistem credo (kepercayaan) dan ritus (ibadah) saja, melainkan juga menyangkut masalah kebuadayaan. Ketika Islam bertemu dengan budaya dimana Islam didakwahkan, maka kebudayaan Islam baru akan terbentuk dari hasil akulturasi antara budaya...
Sábháilte in:
Príomhchruthaitheoirí: | , , |
---|---|
Formáid: | UMS Journal (OJS) |
Teanga: | eng |
Foilsithe / Cruthaithe: |
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2020
|
Ábhair: | |
Rochtain ar líne: | https://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/view/11045 |
Clibeanna: |
Cuir clib leis
Níl clibeanna ann, Bí ar an gcéad duine le clib a chur leis an taifead seo!
|
Achoimre: | Dalam konteks budaya, Islam bukanlah agama yang hanya mencakup sistem credo (kepercayaan) dan ritus (ibadah) saja, melainkan juga menyangkut masalah kebuadayaan. Ketika Islam bertemu dengan budaya dimana Islam didakwahkan, maka kebudayaan Islam baru akan terbentuk dari hasil akulturasi antara budaya lokal dengan nilai-nilai Islam. Hal ini terjadi pula pada diantara etnis Tionghoa yang memeluk agama Islam. Muslim Tionghoa tetap melaksanakan perayaan imlek meski mereka telah memeluk agama Islam. Dengan demikian mereka tidak harus kehilangan identitas etnisnya, meski mereka telah memeluk agama Islam. Studi ini menarik ketika melihat adanya adaptasi budaya imlek dengan nilai-nilai Islam, terutama adanya simbol-simbol yang ada pada perayaan imlek dan dipandang dari sisi ajaran al-Quran dan Muslim Tionghoa. |
---|