KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA TAHUN 2008
Penyakit infeksi dan penggunaan antibiotik merupakan dua masalah yang banyak dihadapi oleh negara berkembang dan jumlah penderita masih menduduki peringkat yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan antibiotik pada demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa 2008...
Gardado en:
Autor Principal: | |
---|---|
Formato: | Thesis |
Idioma: | English English |
Publicado: |
2009
|
Subjects: | |
Acceso en liña: | https://eprints.ums.ac.id/9436/ |
Tags: |
Engadir etiqueta
Sen Etiquetas, Sexa o primeiro en etiquetar este rexistro!
|
Summary: | Penyakit infeksi dan penggunaan antibiotik merupakan dua masalah yang
banyak dihadapi oleh negara berkembang dan jumlah penderita masih menduduki
peringkat yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan
antibiotik pada demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa 2008
Penelitian ini dikerjakan dengan metode purposive sampling dari data rekam
medik. Dari hasil laporan unit rekam medik Rumah Sakit Umum Ambarawa
terhadap 100 didapatkan hasil, demam tifoid lebih banyak terjadi pada perempuan
(57%), kasus paling banyak terdapat pada umur (1-10 tahun), pada suhu masuk
terdapat 93% pasien mengalami demam, lama perawatan paling banyak p4 hari,
keadaan pasien saat keluar terbanyak pada keadaan membaik (66%), golongan
antibiotik yang digunakan adalah Sefalosporin 79,25%, Penisilin 20,75%.
Penggunaan antibiotik majemuk 6% dan penggunaan antibiotik tunggal sebanyak
94%.Terapi antibiotik secara parenteral (iv) 95,3% sedangkan secara peroral
sebanyak 4,7%. Lama perawatan pasien demam tifoid adalah terbanyak selama 4
hari, dan paling sedikit selama 2 hari. pasien tifoid hampir semua mengalami
demam yaitu 93% dari total semua pasien. pada uji widal, terbanyak adalah
salmonella typhi O yaitu 70 pasien. Pemberian antibiotik pada pasien demam
tifoid sebanyak 106, terdapat 67 antibiotik (63,2%) sesuai dengan dosis terapi, 39
antibiotik (36,8%) tidak sesuai dengan dosis terapi.
|
---|