PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN MODALITAS INFRA RED, STIMULASI FARADIK, MASSAGE, DAN MIROR EXERCISE PADA KASUS BELL’S PALSY DEXTRA DI RSUD SRAGEN

Bell’s Palsy adalah kelemahan otot wajah yang mengakibatkan wajah tampak mencong dan ekspresi wajah menjadi abnormal sehingga menimbulkan terjadinya permasalahan, baik permasalahan fisik maupun kemampuan fungsionalnya yaitu kelemahan otot wajah dan penurunan fungsi motorik otot wajah. Bell’s Palsy d...

Ful tanımlama

Kaydedildi:
Detaylı Bibliyografya
Yazar: ZULISTIYANTO, BENY EKO
Materyal Türü: Tez
Dil:English
English
Baskı/Yayın Bilgisi: 2010
Konular:
Online Erişim:https://eprints.ums.ac.id/12788/
Etiketler: Etiketle
Etiket eklenmemiş, İlk siz ekleyin!
Diğer Bilgiler
Özet:Bell’s Palsy adalah kelemahan otot wajah yang mengakibatkan wajah tampak mencong dan ekspresi wajah menjadi abnormal sehingga menimbulkan terjadinya permasalahan, baik permasalahan fisik maupun kemampuan fungsionalnya yaitu kelemahan otot wajah dan penurunan fungsi motorik otot wajah. Bell’s Palsy dapat terjadi pada setiap individu, baik laki – laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi bell’s palsy dextra dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan pemahaman tentang bell’s palsy dextra sehingga menimbulkan problematika baik pada kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus dengan pelaksanaan terapi sebanyak enam kali. Untuk memberikan penanganan yang efektif dan efisien, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan Manual Muscle Testing (MMT) otot-otot wajah, dan Skala Ugo Fisch untuk mengetahui fungsi motorik otot wajah. Untuk mengatasi permasalahan di atas dapat digunakan modalitas berupa Infra Red, Electrical Stimulasi, Massage dan Miror Exercise. Tujuan dari modalitas tersebut yaitu dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pembuluh kapiler pada daerah subcutan, mencegah terjadinya pelengketan jaringan, melatih otot-otot yang paralysis, dan mencegah gerakan volunter.