GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS

Salah satu hal yang dapat meringankan dakwaan adalah mengakui kesalahan yang telah diperbuat, namun seorang residivis pada saat siding mengakui kesalahan tetapi setelah bebas melakukan kembali tindak kriminal kembali. Residivis oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau pembuat kerusuhan ya...

Ausführliche Beschreibung

Gespeichert in:
Bibliographische Detailangaben
1. Verfasser: SETYONUGROHO, TRI
Format: Abschlussarbeit
Sprache:English
English
Veröffentlicht: 2010
Schlagworte:
Online Zugang:https://eprints.ums.ac.id/9209/
Tags: Tag hinzufügen
Keine Tags, Fügen Sie den ersten Tag hinzu!
_version_ 1804994749033086976
author SETYONUGROHO, TRI
author_facet SETYONUGROHO, TRI
author_sort SETYONUGROHO, TRI
collection ePrints
description Salah satu hal yang dapat meringankan dakwaan adalah mengakui kesalahan yang telah diperbuat, namun seorang residivis pada saat siding mengakui kesalahan tetapi setelah bebas melakukan kembali tindak kriminal kembali. Residivis oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau pembuat kerusuhan yang selalu meresahkan masyarakat sehingga perlu diwaspadai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dinamika guilty feeling pada residivis. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah 5 residivis Lembaga Pemasyarakatan IIA Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya rasa bersalah pada residivis berawal dari rasa malu dengan orang tua dan keluarga besarnya, residivis merasa tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup anaknya untuk sekolah dan hidup sehari-harinya, merasa malu dengan masyarakat, menyesal dengan keadaannya sekarang yang harus menjalani hukuman di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Proses munculnya guilty feeling terjadi pada saat akan tidur atau sesudah dikunjungi oleh anggota keluarga. Selian itu, pada saat informan tidak memiliki kegiatan dan hanya berdiam diri terkadang muncul perasaan bersalah pada dirinya. Kosekuensi perasaan bersalah pada residivis dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu positif dan negatif. Adapun bentuk konsekuensi perasaan bersalah yang bersifat positif antara lain adalah berdoa dan mendekatkan diri kepada sang Khalik dengan melakukan sholat tahajud, wiridan, berdoa kepada Tuhan, dapat merubah pribadi yang dahulunya keras menjadi pribadi yang halus terhadap teman-teman sesama narapidana, melakukan brain stoarming dengan sesama narapidana. Sedangkan bentuk konsekuensi perasaan bersalah yang bersifat negatif antara lain adalah ingin menyakiti diri sendiri, adanya keinginan bunuh diri, minum minuman beralkohol, kepala terasa pusing, susah tidur. Perasaan bersalah pada residivis biasanya muncul pada saat setelah residivis dikunjungi oleh keluarganya, ketika malam hari menjelang tidur dan ketika bangun tidur serta ketika sedang sendiri.
format Thesis
id oai:eprints.ums.ac.id:9209
institution Universitas Muhammadiyah Surakarta
language English
English
publishDate 2010
record_format eprints
spelling oai:eprints.ums.ac.id:9209 https://eprints.ums.ac.id/9209/ GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS SETYONUGROHO, TRI BF Religion and Philosophy Salah satu hal yang dapat meringankan dakwaan adalah mengakui kesalahan yang telah diperbuat, namun seorang residivis pada saat siding mengakui kesalahan tetapi setelah bebas melakukan kembali tindak kriminal kembali. Residivis oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau pembuat kerusuhan yang selalu meresahkan masyarakat sehingga perlu diwaspadai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dinamika guilty feeling pada residivis. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah 5 residivis Lembaga Pemasyarakatan IIA Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya rasa bersalah pada residivis berawal dari rasa malu dengan orang tua dan keluarga besarnya, residivis merasa tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup anaknya untuk sekolah dan hidup sehari-harinya, merasa malu dengan masyarakat, menyesal dengan keadaannya sekarang yang harus menjalani hukuman di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Proses munculnya guilty feeling terjadi pada saat akan tidur atau sesudah dikunjungi oleh anggota keluarga. Selian itu, pada saat informan tidak memiliki kegiatan dan hanya berdiam diri terkadang muncul perasaan bersalah pada dirinya. Kosekuensi perasaan bersalah pada residivis dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu positif dan negatif. Adapun bentuk konsekuensi perasaan bersalah yang bersifat positif antara lain adalah berdoa dan mendekatkan diri kepada sang Khalik dengan melakukan sholat tahajud, wiridan, berdoa kepada Tuhan, dapat merubah pribadi yang dahulunya keras menjadi pribadi yang halus terhadap teman-teman sesama narapidana, melakukan brain stoarming dengan sesama narapidana. Sedangkan bentuk konsekuensi perasaan bersalah yang bersifat negatif antara lain adalah ingin menyakiti diri sendiri, adanya keinginan bunuh diri, minum minuman beralkohol, kepala terasa pusing, susah tidur. Perasaan bersalah pada residivis biasanya muncul pada saat setelah residivis dikunjungi oleh keluarganya, ketika malam hari menjelang tidur dan ketika bangun tidur serta ketika sedang sendiri. 2010 Thesis NonPeerReviewed application/pdf en https://eprints.ums.ac.id/9209/2/F100020204.pdf application/pdf en https://eprints.ums.ac.id/9209/1/F100020204.pdf SETYONUGROHO, TRI (2010) GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. F100020204
spellingShingle BF Religion and Philosophy
SETYONUGROHO, TRI
GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS
title GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS
title_full GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS
title_fullStr GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS
title_full_unstemmed GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS
title_short GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS
title_sort guilty feeling pada residivis
topic BF Religion and Philosophy
url https://eprints.ums.ac.id/9209/
work_keys_str_mv AT setyonugrohotri guiltyfeelingpadaresidivis