PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis deiksis sosial, distribusi deiksis sosial berdasarkan fungsi sintaksis, hubungan deiksis sosial dengan konteks sosial/budaya dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Objek data penelitian adalah deiksis sosial dalam data bentuk bahasa yang...

Cur síos iomlán

Sábháilte in:
Sonraí bibleagrafaíochta
Príomhchruthaitheoir: JUNIANTO, DANANG
Formáid: Tráchtas
Teanga:English
English
Foilsithe / Cruthaithe: 2010
Ábhair:
Rochtain ar líne:https://eprints.ums.ac.id/8476/
Clibeanna: Cuir clib leis
Níl clibeanna ann, Bí ar an gcéad duine le clib a chur leis an taifead seo!
Cur síos
Achoimre:Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis deiksis sosial, distribusi deiksis sosial berdasarkan fungsi sintaksis, hubungan deiksis sosial dengan konteks sosial/budaya dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Objek data penelitian adalah deiksis sosial dalam data bentuk bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Analisis data menggunakan metode padan dan agih. Jenis deiksis sosial dikelompokkan menjadi tiga, yaitu deiksis sosial berupa kata, frase, dan klausa. Masing-masing deiksis sosial tersebut masih dibedakan menurut jenisnya, yaitu berupa penyebutan jabatan/gelar, kata ganti persona ketiga tunggal, sistem sapaan, dan eufemisme bermakna positif serta negatif. Hasil penelitian menunjukkan deiksis sosial yang dominan adalah penyebutan leksem jabatan/gelar baik kata, frase, maupun klausa. Hasil penelitian pada distribusi deiksis sosial berdasarkan fungsi sintaksis dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Distribusi deiksis sosial yang paling dominan adalah fungsi sintaksis sebagai subjek baik pada kata, frase, maupun klausa. Hubungan deiksis sosial dengan konteks sosial/budaya yang melingkupi dibedakan menjadi dua, yaitu deiksis sosial yang konteksnya sosial dan deiksis sosial yang konteksnya budaya. Deiksis sosial yang konteksnya sosial masih dikategorikan menjadi dua, yaitu bermakna negatif dan bermakna positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deiksis sosial yang konteksnya sosial adalah yang dominan.