PERBEDAAN FREKUENSI BERKEMIH SEBELUM DAN SESUDAH BLADDER RETRAINING PADA PASIEN GANGGUAN PERSYARAFAN DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
Pasien yang mengalami gangguan masalah perkemihan, biasanya dalam mengeluarkan urine biasa menggunakan kateter. Pasien yang menggunakan kateter ini seperti pasien stroke, cidera tulang belakang yang mengharuskan pasien dalam keadaan tirah baring. Hasil studi dari observasi di RSUD Dr Moewaedi Surak...
שמור ב:
Main Authors: | , , |
---|---|
פורמט: | Thesis |
שפה: | English English English English English English English English English |
יצא לאור: |
2011
|
נושאים: | |
גישה מקוונת: | https://eprints.ums.ac.id/12562/ |
תגים: |
הוספת תג
אין תגיות, היה/י הראשונ/ה לתייג את הרשומה!
|
סיכום: | Pasien yang mengalami gangguan masalah perkemihan, biasanya dalam mengeluarkan urine biasa menggunakan kateter. Pasien yang menggunakan kateter ini seperti pasien stroke, cidera tulang belakang yang mengharuskan pasien dalam keadaan tirah baring. Hasil studi dari observasi di RSUD Dr
Moewaedi Surakarta di bangsal anggrek 1 dan melati 3 yang dilakukan peneliti dan keterangan dari perawat menunjukkan bahwa pasien yang mengalami imobilisasi menggunakan kateter dan dilakuan bladder retraining dengan tujuan agar pasien dapat memperpanjang interval berkemih yang normal, sehingga
frekuensi berkemih dapat berkurang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan frekuensi berkemih sebelum dan sesudah bladder retraining pada pasien gangguan persyarafan di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantatif dengan rancangan penelitain pre test-post test one group design. Jumlah sampel sebanyak 32 pasien yang terdiri dari 30 pasien stoke dan 2 pasien cidera tulang belakang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling. Data penelitian diperoleh dari data sekunder yaitu data rekap medis pasien yang menjalani bladder retraining serta lembar observasi frekuensi berkemih pasien selama 24 jam. Uji hipotesa penelitain menggunakan alat analisis uji paired t-test sample. Hasil penelitian pasien sebelum menggunakan bladder retraining menunjukkan rata-rata berkemih sebesar 15,125 kali dalam 24 jam. Setelah Penggunaan bladder retraining selama 7 hari menunjukkan perubahan rata-rata frekuensi berkemih sebesar 6,031 kali. Hasil uji statistic paired t-test sample menunjukkan nilai thitung = 57,608 dengan
p-value = 0,000. disimpulkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi berkemih sebelum dan sesudah bladder retraining pada pasien persyarafan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Kata kunci : frekuensi berkemih, bladder retraining, angguan persyarafan. |
---|