SLAMETAN WETONAN PADA MASYARAKAT GEDONGREJO, KALIWULUH KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
Bangsa indonesia sedang dalam proses modernisasi namun masyarakat Jawa harus tetap mempertahankan dan melestarikan tradisinya, namun ada masyarakat yang menilai munculnya sajen dalam upacara slametan justru dianggap sebagai cermin memuja setan Metode pengumpulan data pada penelitian ini...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Thesis |
Language: | English English English English English English English English |
Published: |
2011
|
Subjects: | |
Online Access: | https://eprints.ums.ac.id/12384/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Bangsa indonesia sedang dalam proses modernisasi namun masyarakat
Jawa harus tetap mempertahankan dan melestarikan tradisinya, namun ada
masyarakat yang menilai munculnya sajen dalam upacara slametan justru
dianggap sebagai cermin memuja setan
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara
dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah 10 orang berasal dari
Masyarakat Gedongrejo, Kaliwuluh, Kebakkramat. Karanganyar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa slametan wetonan adalah untuk
menemui saudara yang berjumlah 9 yang lahir dari rahim ibu, kesatu sampai
empat 1-4 menghadap kiblat, kelima dan keenam sedulur tuwo dan kawah putih
(bayi lahir kedunia), ketujuh ari- ari, kedelapan raga, kesembilan Jiwa. untuk
memperingat,mengenang hari kelahiran, bersyukur kepada Allah karena sudah
diberi keselamatan dan kesehatan. Slametan wetonan merupakan rasulan, rasulan
sendiri adalah bancaan atau slametan, yang terdiri dari golong dan tumpeng,
pisang, ayam ingkung, gudangan yang terbuat dari sayuran dan pelas serta jenang
abang, putih juga untuk sing momong jiwa, raga. Faktor internal dalam slametan
wetonan yaitu mempertahankan adat istiadat, bersedekah, adanya kepercayaan
jika tidak melakukan slametan wetonan akan terjadi hal yang buruk, untuk
menjauhkan dari tolak bala atau musibah, keinginan untuk tetap sehat dan panjang
umur, keinginan diberi kemudahan dalam mencari rejeki, keyakinan mendapatkan
berkah, keyakinan bahwa dengan melakukan slametan wetonan akan memberi
dampak positif dimana keyakinan ini dipengaruhi oleh pengalaman hidup
masyarakat tentang slametan wetonan yang pernah dialami, dan merupakan
bentuk rasa syukur yang merupakan wujud dari pengakuan akan adanya Tuhan
YME dan faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar yang mendukung yakni
masyarakat sekitar masih mempertahankan slametan wetonan dan sering
dilaksanakan pada bulan suro.
Kaitannya slametan wetonan dengan Allah, yang paling utama adalah
sebagai ucapan rasa syukur terhadap Tuhan yang telah melimpahkan rejeki,
keselamatan, kesehatan, dan sebagai sarana untuk memberikan sedekah kepada
masyarakat sekitar, Walaupun slametan wetonan tidak ada dalam Hadist dan
Alquran. Namun yang melaksanakan dan yang diundang beragama Islam karena islam tidak melarang umatnya untuk bersedekah. Asal mula slametan wetonan
hanya berawal dari cerita- cerita dari para sesepuh dan para kyai- kyai. Meminta
keselamatan tidak harus melalui slametan wetonan yang terpenting adalah doa
kepada Allah.
|
---|