HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Salah satu upaya untuk mengatasi kecemasan menghadapi pemutusan hubungan kerja bagi individu atau karyawan harus memiliki pola berpikir yang sekiranya mampu dijadikan sebagai salah satu faktor mengatasi kecemasan yaitu berpikir positif. Berkaitan dengan hal tersebut Alberch (...
সংরক্ষণ করুন:
প্রধান লেখক: | |
---|---|
বিন্যাস: | গবেষণাপত্র |
ভাষা: | English English English English English English English English |
প্রকাশিত: |
2011
|
বিষয়গুলি: | |
অনলাইন ব্যবহার করুন: | https://eprints.ums.ac.id/12335/ |
ট্যাগগুলো: |
ট্যাগ যুক্ত করুন
কোনো ট্যাগ নেই, প্রথমজন হিসাবে ট্যাগ করুন!
|
সংক্ষিপ্ত: | Salah satu upaya untuk mengatasi kecemasan menghadapi pemutusan
hubungan kerja bagi individu atau karyawan harus memiliki pola berpikir yang
sekiranya mampu dijadikan sebagai salah satu faktor mengatasi kecemasan yaitu
berpikir positif. Berkaitan dengan hal tersebut Alberch (dalam Cholidah, 2003)
menyatakan bahwa pemusatan perhatian pada aspek positif dari suatu keadaan
atau situasi akan membuat individu menjadi lebih mampu mempertahankan emosi
positifnya dan mencegah emosi negatif serta membantu individu menghadapi
situasi-situasi yang mengancam atau menimbulkan stress ataupun kecemasan
terhadap timbulnya PHK.
Metode pengambilan data penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pengambilan subyek dilakukan dengan teknik studi populasi pada
karyawan di Perusahaan produksi box salon “SJ Soundsystem“ di Pajang,
Surakarta yang berjumlah 53 orang yang terdiri dari 36 laki-laki dan 17
perempuan. Selanjutnya data dalam penelitian ini dianalisis dengan korelasi
product moment. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel-variabel
penelitian ada 2 macam yaitu (1) skala berpikir positif, (2) skala kecemasan
menghadapi pemutusan hubungan kerja. Hipotesis dari penelitian ini berdasarkan
hasil analisis data diketahui bahwa hipotesis terbukti yakni ada hubungan negatif
antara berpikir positif dengan kecemasan menghadapi pemutusan hubungan kerja
yang ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi r= –0.319 dan p=0,019 (p≤0,05)
yang berarti signifikan. kemudian untuk hipotesis yang ke-2 yaitu ada perbedaan
tingkat kecemasan menghadapi pemutusan hubungan kerja, karyawan laki-laki
lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan perempuan yang ditunjukkan
dengan hasil skor rerata variabel kecemasan menghadapi pemutusan hubungan
kerja pada karyawan laki-laki sebesar 136,722 dan karyawan perempuan 116,647
dengan (p<0,01) yang artinya hipotesis yang diajukan sangat signifikan. |
---|