KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN DISEKITAR ABUTMEN JEMBATAN TIPE WING WALL DAN SPILLTHROUGH TANPA PROTEKSI UNTUK SALURAN BERBENTUK MAJEMUK
Gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi antara karakteristik aliran dengan karakteristik material dasar sungai. Secara kenyataan di lapangan, gerusan yang terjadi pada abutmen jembatan adalah merupakan gerusan total, yaitu kombinasi antara gerusan local, gerusan...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Thesis |
Language: | English English English English English English English English English |
Published: |
2009
|
Subjects: | |
Online Access: | https://eprints.ums.ac.id/12174/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi
antara karakteristik aliran dengan karakteristik material dasar sungai. Secara
kenyataan di lapangan, gerusan yang terjadi pada abutmen jembatan adalah
merupakan gerusan total, yaitu kombinasi antara gerusan local, gerusan umum
dan gerusan akibat penyempitan/terlokalisir. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kedalaman gerusan yang terjadi di sekitar abutmen, pada kondisi
tidak adanya angkutan sediment (clear water scour) dan tidak adanya angkutan
sediment (live-bed scour)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sediment recirculation
flume Flume ini berdimensi lebar = 1,0 m, panjang = 22,35 m (panjang total dari
pintu intake sampai tail-gate = 25.9 m), dan tinggi = 0,45 m. terbuat dari dinding
pasangan bata dan dasar lantai beton licin. Kemiringan saluran permanen dengan
slope 0,0004. dengan kondisi aliran permanen seragam (quasi steady-uniform
flow). Model abutmen adalah tipe spill-trough (ST) dengan kemiringan V : H = 2 :
1 dengan dimensi sebagai berikut : panjang muka bawah (sejajar aliran) 75 cm,
panjang muka atas (sejajar aliran) 30 cm, lebar muka bawah 52,5 cm, lebar muka
atas 30 cm, tinggi abutmen 45 cm. sedangkan panjang abutmen setinggi dasar
dalam arah memanjang, L = 50 cm, lebar abutmen setinggi dasar dalam arah
melintang, Lb = 40 cm, dan tebal bantaran sungai 5 cm. Dan model abutmen tipe
wing-wall dengan kemiringan V : H = 1 : 1, lebar arah melintang Lb = 40 cm,
panjang sejajar alira L = 50 cm, tinggi total 40 cm, tinggi di atas dasar 20 cm.
Kedalaman gerusan di sekitar abutmen diukur setiap running selama 6 jam,
dilakukan pada posisi sembilan titik pengamatan untuk tipe spill-through dan pada
posisi delapan titik pengamatan untuk tipe wing-wall.
Hasil analisa kedalaman gerusan pada tipe wing-wall dan spill-through
kondisi live bed scour dan clear water scour menunjukkan kesesuaian dengan
Froehlich (1987). Pengamatan dan pengukuran gerusan dilakukan dengan
mengamati posisi titik 1 sampai 9 pada abutmen tipe spill-through dan posisi titik
1 sampai 8 pada abutmen wing-wall terlihat kecenderungan dari posisi titik 1 di hulu hingga posisi 9 titik di hilir menunjukkan kedalaman gerusan semakin
dangkal ke arah hilir, dan pada akhirnya terjadi pengendapan sedimen pada posisi
di titik 9 untuk abutmen spill-through dan pengendapan sedimen pada posisi titik
8 untuk abutmen wing-wall. Kedalaman gerusan paling maksimum yaitu
kedalaman gerusan di posisi titik-3 (tiga) pada abutmen spill-through dan di posisi
titik 4 pada abutmen wing-wall. Menurut pengamatan gerusan terus berlangsung
hingga membentuk lubang gerusan (scour hole) yang dalamnya cenderung
mengalami pendangkalan ke arah hilir. Sedangkan di bagian hilir lubang gerusan
terutama dibagian pinggir, terjadi pengendapan sedimen (deposition) sementara,
pengendapan ini berkembang terus hingga akhirnya tererosi kembali kebagian
hilir, akhirnya terkumpul serta endapan bertambah di bagian hilir dan semakin
panjang seiring dengan bertambahnya waktu. |
---|