PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PARAPLEGI KARENA POST OPERASI BURST FRAKTUR VERTEBRA THORAKAL XII FRANKLE A DI RSO Dr. SOEHARSO SURAKARTA

Kompresi vertebra thorakal 12 merupakan salah satu faktor penyebab cidera medulla spinalis. Apabila cedera medulla spinalis terjadi, maka akan mengalami tahap spinal shock yaitu terganggunya aktivitas motoris, sensoris, fungsi biodder danbowel, serta aktivitas fungsional. Sehingga sangat diperlukan...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: PUTRI , AJENG PUSPITASARI
Format: Thesis
Language:English
English
Published: 2010
Subjects:
Online Access:https://eprints.ums.ac.id/10202/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Kompresi vertebra thorakal 12 merupakan salah satu faktor penyebab cidera medulla spinalis. Apabila cedera medulla spinalis terjadi, maka akan mengalami tahap spinal shock yaitu terganggunya aktivitas motoris, sensoris, fungsi biodder danbowel, serta aktivitas fungsional. Sehingga sangat diperlukan pelayanan tim rehabilitasi medik secara dini dan tepat. Dalam hal ini fisik kinerja berperan dalam pemeliharaan dipeninkatan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Pada kasus ini fisioterapi bertujuan meningkatkan kekuatna otot anggota gerak atas, mencegah gangguan pernapasan, menjaga mobilitas sendi agar tidak terjadi ketrbatasan lingkup gerak sendi serta kontraktur meningkat, Fussi biader dan bowel dan meningkatkan aktivitas fungsional serta mencegah bertambahnya decubintus. Metode penelitian yang digunakan adlaah studi kasus, sebanyak 6 kali terapi. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan kekuatan otot dengan manual muscle testing, gangguan pernapasan dengan auskultasi, lingkup gerak sendi dengan goniometer dan aktifitas fungsional dengan activity daily of living. Setelah dilakukan terapi latihan dengan melakukan analisis secara deduktif, dan induktif diperoleh hasil terapi. Yaitu mengalami kemajuan dalam hal (1) tidak terjadi peningkatan otot anggota gerak bawah dan terpeliharanya kekuatan otot anggota gerak atas (2) tidak terjadi gangguan pernapasan (3) tidak terjadi keterbatasan LGS, kontraktur anggota gerak bawah dan (4) adanya peningkatan aktifitas fungsional dan tidak adanya dekubintus.